Mengapa saya menulis?
Jika ini adalah pertanyaan mendasar, maka jawabannya adalah karena saya sekolah. Secara tidak langsung, dari jaman tamankanakkanak sampai sekarang, jika ada hal yang penting maka langsung dicatat. Otak merupakan harddisk sekaligus memori. Tapi pada kenyataannya, otak lebih lebih condong sebagai memori dan sedikit sebagai harddisk. Padahal, kapasitas penyimpanan data pada otak sangat tidak terbatas. Contohnya begini, jika dulu pernah belajar catur, maka walaupun sudah bertahuntahun tidak main catur, dan pada suatu saat ada yang mengajak main catur, maka tidak akan belajar dari nol lagi. Hanya tinggal mengingatnya saja, bagaimana caranya sampai semua ilmu yang diketahui tentang main catur datang kembali dan jadi terbiasa lagi. Itu saja.
Dengan menulis maka anggap saja catatan itu sebagai harddisk, yang bisa dipanggil untuk bisa ditampilkan lagi jika diperlukan. Penjelesan ini merupakan penjelasan jika kita terbiasa dengan sistim komputer, karena seharusnya menulis dulu secara manual di keyboard, yang akhirnya baru disimpan oleh hardisk sebagai database. Lalu kemudian semuanya jadi bercampur dan saling membantu. Tulisan bisa disimpan sebagai softcopy yang formatnya tidak akan berubah jika tidak direvisi, jika harddisk jebol itu lain lagi masalahnya.
Sistematika lain yang tak kalah mengagumkannya dari kerja otak adalah kemampuan analitiknya. Kemampuan ini didukung oleh adanya struktur yang tertata dan organisasi pengelolaan data yang sangat baik. Secara mendasar otak dilengkapi dengan sistem BIOS (Basic Input Output System) alias sistem penunjang hidup (vegetatif) yang diperankan oleh batang otak dan medula oblongata, yang bersifat spartan,terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh sistem memori sementara (flash memory).
Ada pula sistem Random Acces Memory (RAM) yang diperankan oleh sebagian sistem limbik, sebagian talamus dan hipotalamus, korpus amigdala,hipokampus, dan korpus kalosum. Bila sistem BIOS diperlukan untuk mempertahankan fungsi vital kehidupan, maka fungsi RAM adalah mengorkestrasi kerja otak. Data yang masuk dari jalur manapun akan diproses berdasar kebijakan dan kapasitas elemen-elemen dalam RAM. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa RAM otak manusia mensinergikan secara proporsional kebutuhan BIOS, keadaan yang dihadapi misal perubahan suhu.
Sementara itu sistem prosesing diyakini dijalankan oleh bagian neocortex khususnya kortex frontalis. Dalam hal ini korpus kalosum dan kawan-kawan bertindak selaku bus interface unit alias unit pengakomodasi data. Selanjutnya data yang masuk akan diproses secara aritmetika, mengingat bahasa yang disepakati (hipotetikal) adalah bahasa biner. Hasil pengolahan data secara aritmetika di Arithmetic Logic Unit ini dapat dieksekusi dalam bentuk tindakan,ingatan, maupun ketidakpedulian. Penentuan sikap keluaran ini dipengaruhi oleh sistem pengambilan keputusan yang sedikit banyak memiliki alur seperti rantai Markov, yaitu membentuk suatu algoritma dari berbagai macam input dan menganalisanya untuk mendeduksi sebuah keluaran logaritmik. Dan bla bla bla dan bla bla bla..
Bingung, kan? Nah lho! Kita sudahi saja kuliah otaknya.
Tulisan pertama yang dimuat
aku lebih senang menulis puisi daripada menulis fiksi lainnya (cerpen atau novel). Alasannya adalah puisi itu pendek, singkat, mau jelas atau tidak itu tidak masalah. Tapi aku juga suka menulis non fiksi seperti essay atau artikel.
Aku tidak pandai dalam merangkai cerita. Maka ketika RumahDunia mengadakan acara OdeKampung pertama, dan akan menerbitkan kumpulan puisi OdeKampung aku dengan sangat malas mengirimkan beberapa puisiku, itupun atas dorongan seseorang. Alhamdulillah puisi berjudul Atmosfer Rumah dimuat. Aku senang, beberapa yang beli buku kumpulan puisi OdeKampung minta tandatanganku.
Aku juga pernah mengirimkan karyaku, baik cerpen atu puisi ke beberapa koran lokal ataupun nasional, hasilnya nihil. Mungkin tak ada semangat dalam setiap karyaku, maka susah untuk diterbitkan. Aku hanya menang pada lomba resensi buku di majalah Annida yang hadiahnya dua buah buku; buku Kumpulan Fatwa PKS dan sebuah novel dari Fahri Azisa, judulnya aku lupa. Lalu aku mengirimkan lagi cerpenku ke RadarBanten, mungkin karena lagi kosong maka cerpenku berjudul “Nomat†dimuat. Lalu ada yang meminjamkan majalah Bukune, aku ikut kuis merangkai tiga kata menjadi sebuah paragraf, aku pun dapat hadiah 3 atau 4 novel, yang aku ingat adalah novel dari Fira Basuki berjudul Gadis Hujan, novel dari film Missing dan novel dari Erikology.
halangan dalam menulis
Banyak hal yang menjadi halangan dalam menulis. Faktor eksentrik ataupun intrensik. Masalah ini, jika dibahas satu persatu atau detail, maka akan panjang, sepanjang jalan Daan Mogot, atau jalan Jend. Sudirman di Jakarta. Yang paling utama adalah malas! Tapi jika layaknya shalat (walaupun beda banget), Allhumma paksakeun! Biasa karena dipaksa. Jika sudah biasa, maka kalau tidak melakukannya seperti merasa punya hutang.
Dalam menulis, semangat saja tak cukup. Kecepatan dan produktifitas juga penting, karena semangat tidak samadengan cepat. Dalam pengalamanku, kecepatan dan produktifitas harus lebih diutamakan. Karena dari dua hal tersebut secara tidak langsung dapat mengasah intuisi, gaya kepenulisan dan kematangan dalam berkarya. Toh sejelek-jeleknya suatu karya, kalo sudah jadi masih bisa di revisi, iya kan? O iya, satu lagi; harus sabar!
harapan dalam menulis
Dalam hidup itu banyak sekali cara berekspresi. Berekspresi secara fisik dengan mudah kita jumpai, terutama pada orang-orang yang memang ekspresif. Tapi bagaimana dengan orang yang tidak bisa berekspresi secara fisik?
Nah ini dia! Menulis adalah cermin dari ekspresi secara jujur (ataupun tidak) dari dalam hatinya. Orang yang tidak bisa berkelakar atau bercanda (orang yang lempeng), bisa saja hasil tulisannya berupa cerita humor nan lucu. Tidak mustahil, kan? Menulis = berekspresi. Tidak muluk, kan?
So, tetap semangat! (NASA,Maret08)